Wednesday, May 10, 2017

Perkembangan Teater di Demak Mati Suri

Fuad (tengah) salah satu pemain dari Demakomunal yang pentas spontanitas (Foto: Yosua)
Fuadladotcom - Perkembangan seni teater di Kabupaten Demak sedang mengalami kefakuman dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Hal itu berpengaruh pada minimnya pementasan-pementasan yang menghibur dan sarat makna di tengah-tengah masyarakat. Demikian itu yang dikatakan oleh Sutikno, salah satu pegiat teater di Kabupaten Demak kepada Fuadladotcom setelah menyaksikan pentas teater Kuncup Mekar di Citra Alam Pondok Inap, Jumat (5/5) malam.



“Diakui atau tidak, 10 tahun kebelakang teater di Demak sedang miskin kreatifitas hal itu terbukti dengan tidak adanya regenerasi yang baik yang berimbas pada minimnya pentas teater,” katanya.

Ngatmo, salah satu pemain Teater Kuncup Mekar (Foto: Evin)

Sutikno mengatakan, jika kefakuman tersebut disebabkan oleh beberapa hal sehingga dalam perkembangannya diakui harus tertinggal dengan kota-kota tetangga seperti Jepara, Kudus dan Semarang. Minimnya apresiasi dari berbagai pihak dan institusi cukup berpengaruh dengan hal tersebut, mulai dukungan dari orang tua, institusi sekolah, bahkan pemerintah itu sendiri. “Sudahkan kesenian itu menjadi sebuah prioritas dari bagian dari sebuah pembangunan atau belum. Padahal dengan sedikit perhatian dan sentuhan saja, saya kira akan sangat berpengaruh terhadap kreatifitas pemuda Demak,” ujar pegiat Toh Teater itu.



Diakui, keterbatasan ruang untuk berproses di Demak masih menjadi kendala teknis, namun diluar itu persoalan mentalitas dari para pegiat teater di Demak sendiri banyak yang belum terasah meskipun ada beberapa karya sudah diakui dan diterima di sebagian kalangan. “Di Kecamatan Wedung misalnya, pentas sudah sering dilakukan dan hasilnya memang bagus, namun keberanian untuk berkreatifitas lebih di lingkup yang lebih besar masih belum pernah coba,” ungkapnya.



Teater Kuncup Mekar sendiri mementaskan naskah yang berjudul Chanda yang mana didalamnya mencoba mengingatkan kembali penonton kepada permainan tradisional dan dolanan-dolanan anak. Edi Sukirno yang merupakan sutradara pementasan, menuturkan jika dipilihnya Demak bukan tanpa alasan yaitu menghidupkan kembali geliat seni teater di Kota Wali. “Kami melihat perkembangan teater di Demak sedang mati suri, namun dengan pentas ini diharapkan masyarakat akan melihat bahwa teater adalah hal yang menyenangkan, disamping itu ada banyak hal yang bisa diambil salah satunya yaitu karakter kedisipilinan,” ujarnya.



Sementara itu, Fuad Lathif, salah satu pelaku kreatif Demakomunal. Berharap dengan pentasnya teater asal Kota Kudus tersebut, diharapkan akan menjadi sebuah stimulan untuk perkembangan teater di Demak. Dengan begitu, animo penonton pun juga meningkat dan tentunya akan muncul wadah-wadah baru khususnya bagi pemuda untuk berekspresi dan tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. “Sudah ada perencanaan dan komitmen untuk kedepan, namun yang terpenting saat ini ialah saling berkomunikasi terlebih dahulu sebelum akhirnya melakukan pementasan sendiri,” ujar warga Wonosalam yang juga pegiat seni itu.


Reportase Abdul Wahab